Oleh Jarjani Usman
“Dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas” (QS. Al-Kahfi: 28).
Setiap yang dianjurkan dalam Islam, senantiasa memiliki kebaikan bila dilaksanakan. Termasuk di antaranya memilih pemimpin, yang di antara kebaikannya akan terwujud dalam bentuk kesatuan umat yang selanjutnya menjadi kekuatan besar yang terorganisir dalam merencanakan kemakmuran hidup bersama.
Namun diingatkan agar hati-hati dalam memilih demi terwujudnya kebaikan. Apalagi banyak orang yang berambisi menjadi pemimpin, sehingga sangat sulit menyeleksi yang terbaik di antaranya. Lebih sulit lagi karena para calonnya pada awalnya serius menampakkan diri dengan wajah-wajah yang amat bersahabat dan menawarkan program-program yang sangat merakyat.
Penting sikap tegas dalam menghadapi calon-calon pemimpin. Sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam tegas menolak permintaan salah seorang sahabatnya ketika menawarkan diri menjadi pemimpin dalam suatu bidang urusan umat. Penolakan ini tentunya erat kaitannya dengan keinginan Rasulullah berani tegas untuk menyelamatkan kepentingan umat yang banyak, ketimbang harus memenuhi kepentingan seorang individu. Hal itu harus dilakukan, meskipun terhadap orang dekatnya.
Sebagai pengikut Rasulullah, kita perlu mengikuti jejaknya. Perlu memilih pemimpin yang bukan hanya baik akhlaknya, tetapi juga pandai dan berpengalaman. Apalagi tidak tertutup kemungkinan, di antara calon pemimpin itu terdapat orang-orang yang telah lalai dari mengingat Allah. Jika Allah berani dilupakan, manusia lebih-lebih lagi, sehingga harapan mewujudkan kebaikan dan perbaikan bersama akan menjadi sia-sia.
Setiap yang dianjurkan dalam Islam, senantiasa memiliki kebaikan bila dilaksanakan. Termasuk di antaranya memilih pemimpin, yang di antara kebaikannya akan terwujud dalam bentuk kesatuan umat yang selanjutnya menjadi kekuatan besar yang terorganisir dalam merencanakan kemakmuran hidup bersama.
Namun diingatkan agar hati-hati dalam memilih demi terwujudnya kebaikan. Apalagi banyak orang yang berambisi menjadi pemimpin, sehingga sangat sulit menyeleksi yang terbaik di antaranya. Lebih sulit lagi karena para calonnya pada awalnya serius menampakkan diri dengan wajah-wajah yang amat bersahabat dan menawarkan program-program yang sangat merakyat.
Penting sikap tegas dalam menghadapi calon-calon pemimpin. Sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam tegas menolak permintaan salah seorang sahabatnya ketika menawarkan diri menjadi pemimpin dalam suatu bidang urusan umat. Penolakan ini tentunya erat kaitannya dengan keinginan Rasulullah berani tegas untuk menyelamatkan kepentingan umat yang banyak, ketimbang harus memenuhi kepentingan seorang individu. Hal itu harus dilakukan, meskipun terhadap orang dekatnya.
Sebagai pengikut Rasulullah, kita perlu mengikuti jejaknya. Perlu memilih pemimpin yang bukan hanya baik akhlaknya, tetapi juga pandai dan berpengalaman. Apalagi tidak tertutup kemungkinan, di antara calon pemimpin itu terdapat orang-orang yang telah lalai dari mengingat Allah. Jika Allah berani dilupakan, manusia lebih-lebih lagi, sehingga harapan mewujudkan kebaikan dan perbaikan bersama akan menjadi sia-sia.
Editor : bakri
No comments:
Post a Comment