Oleh Abdurrahman
Cabang olahraga atletik yang meliputi unsur gerakan jalan, lari, lempar dan lompat, disebut juga induk dari semua cabang olahraga dan merupakan cabang olahraga yang usianya paling tua diantara cabang olahraga lainnya. Akibatnya dapat dipahami bahwa usia atletik itusama tuanya dengan asal mulanya perkembangan manusia itu sendiri. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam olahraga atletik tersebut merupakan bentuk gerakan yang paling asli dan yang paling wajar dimiliki oleh manusia. Gerakan yang dimaksud merupakan gerakan-gerakan yang paling penting dan tidak ternilai harganya bagi manusia dalam menjalani perkembangan hidupnya.
Kalau ditelusuri lebih jauh, eksistensi atletik itu dapat dikatakan selaras dengan keberadaan manusia yang ada di bumi. Pernyataan ini didasari oleh pendapat Jonath, dkk (1987 : 1) yang mengemukakan " Dalam olahraga atletik itu termasuk nomor-nomor jalan, lari, lompat dan lempar serta perlombaan yang ganda". Nomor-nomor dalam olahraga atletik tersebut telah dilakukan manusia sejak zaman purba dalam berbagai bentuk ativitas sehari-hari. Nomor-nomor tersebut merupakan juga dasar-dasar cabang olahraga lain.
Selanjutnya Yusuf (1973 : 4) menjelaskan sebagai berikut : Umpamakan saja orang yang pergi ke gunung/rimba, dan berjumpa dengan seekor binatang buas atau harimau; apa yang mungkin dilakukannya ?. Kalau ia tidak membawa senjata tentu ia akan lari dengan secepat-cepatnya untuk melepaskan diri dari bahaya maut. Kalau ia membawa senjata umpamanya, tombak atau kalau ia masih dapat memungut kayu/batu, maka sudah pasti akan dilemparkannya kepada binatang buas itu.
Berdasarkan kutipan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa benar kalau dikatakan atletik itu lahir bersama-sama dengan hadirnya manusia di bumi ini. Hanya saja pengkatagoriannya ke dalam olahraga atletik belum didasari pada saat itu. Untuk lebih memahami tentang sejarah maupun riwayat perkembangan atletik sebagai suatu cabang olahraga, yang dimulai sejak zaman primitif sampai pada zaman modern ini, maka penulis akan menguraikan perkembangan dan kemajuan olahraga atletik tersebut dalam beberapa tahap, diantaranya adalah :
Perkembangan Atletik Perkembangan atletik sebagai cabang olahraga selaras dengan perkembangan kondisi, teknik dan gaya serta diikuti dengan peningkatan dalam berbagai bidang sarana dan prasarana. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bernhard (1986 : 5), bahwa : "Atletik itu telah dikenal sejak lama di berbagai negara, kemudian berkembang dengan kondisi serta peningkatan dalam berbagai bidang sarana, teknik dan gaya". Lebih lanjut Mane (1986 : 7) menjelaskan sebagai berikut : Bangsa Yunani telah mengadakan suatu pesta olahraga yang besar, yang diberi nama pesta Olympiade dan telah dimulai sejak tahun 776 Sebelum Masehi, pertandingan pada festival yang dimaksudkan telah menggabungkan sikap patriotisme, agama dan olahraga atletik. Festival tersebut dilakukan setiap 4 (empat) tahun sekali. Lomba atletik yang pertama konon hanya diperlombakan nomor lari 200 meter dekat kota kecil Olimpiade.
Kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa Negara Yunani merupakan negara yang pertama mengadakan pesta olahraga Olympiade, dan pada saat itu telah digelar salah satu nomor atletik yang diperlombakan, yaitu nomor 200 meter. Bersamaan dengan itu juga digabungkan penilaian dengan unsur patriotisme dan agama. Berdasarkan penjelasan tersebut maka untuk pertama sekali Olympiade Modern diadakan di Negara Yunani. Hal ini senada dengan penjelasan dari Yusuf (1973 : 7) sebagai berikut : Atas inisiatif seorang Bangsa Perancis yang bernama Piarre Baron de Cobertin, maka Olympiade Modern diadakan pada tahun 1896 dan oleh karena tempat kelahiran olahraga atletik itu berasal dari Yunani, maka atas usul Piarre Baron de Cobertin Olympiade pertama diadakan di Ibukota Yunani, Athena. Setelah Olympiade pertama tersebut maka penyelenggaraan pesta Olympiade diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali.
Dalam pesta tersebut diadakan permainan-permainan gerak badan yang disebut dengan "gymnastiek" yang dilakukan dalam keadaan "gymnos" yang berarti telanjang. Pengembangan dari gymnastiek ini terjadilah suatu pertandingan atau "athlon". Permainan yang terkenal pada zaman itu adalah "pentathlon, yaitu perlombaan lari, melompat, melempar lembing dan bergumul. Istilah tersebut sekarang lebih dikenal dengan istilah pertandingan olahraga. Pertandingan ini merupakan perlombaan utama bagi bangsa Yunani.
Perkembangan atletik di Yunani mengalami masa keemasan, kira-kira antara tahun 500 - 400 Sebelum Masehi. Pada zaman itulah munculnya dua orang juara dari bangsa Yunani, yang bernama Iccus dan Herodicus. Konon kedua orang ini merupakan peletak dasar dari latihan yang teratur dari cabang olahraga atletik. Dalam hal ini Mane, (1986 : 7) menjelaskan bahwa : Kompetisi atletik telah dimulai lebih dari 200 tahun yang lalu di Negara Yunani. Bangsa Yunani Kuno adalah atlit-atlit dunia yang pertama. Mereka mampu berlari cepat dan kuat dalam perlombaan ketahanan serta mahir dalam melakukan gerakan dasar atletik seperti, nomor lompat, lempar dan nomor tolak peluru.
Pada tahun 1868 untuk pertama kalinya di Inggris dilangsungkan kejuaraan atletik, dan setelah kejuaraan tersebut maka atletik tersebar keseluruh pelosok dunia. Namun sebelum itu, mahasiswa-mahasiswa Perguruan Tinggi Exeter College Oxford Inggris sempat membentuk perkumpulan atletik yang pertama, seperti perkumpulan atletik sekarang ini. Kejuaraan atau perlombaan atletik yang digelar tersebut dilakukan untuk kalangan mereka sendiri, selanjutnya tersebar dan diikuti oleh berbagai perguruan tinggi lainnya termasuk Universitas Combrigde. Pada tahun 1850 untuk pertama kalinya kejuaraan atletik antar perguruan tinggi Se-Inggris yang diadakan oleh para mahasiswa. Kejuaraan tersebut diprakasai oeh mahasiswa perguruan tinggi Exeter College. Kemudian pada tahun 1886 di Amerika Serikat diselenggarakan kejuaraan atletik oleh New York Atletik Club, dan untuk pertama kalinya atlit-atlit yang berlomba memperkenalkan "Spikes" (sepatu berpaku) kepada dunia atletik.
Perkembangan dan Kemajuan Atletik di Indonesia
Perkembangan atletik di Indonesia diperkenalkan oleh bangsa Belanda, pada tanggal 12 Juli 1917 dengan didirikannya perkumpulan atletik, dan diberi nama NIAU (Nederland Indische Atletiek Unie). Pengurus dan atlit-atlitnya sebahagian besar terdiri dari pemuda-pemudi bangsa Belanda atau Indo-Belanda. Atlit-atlit pribumi yang bermunculan pada saat itu antara lain Muhammad Noerbambang pelari 100 meter, yang pernah mencapai waktu 10,8 detik dan Harun Al-Rasyid atlit lompat tinggi dengan prestasi lompatan mencapai 1,80 meter dan juga menjuarai nomor lompat jauh dengan prestasi lompatan mendekati 7,00 meter (PB PASI, 1988 : 5). Pada tanggal 3 September 1950 didirikan organisasi atletik yang diberi nama dengan PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) di kota Semarang. Tujuan didirikannya PASI ini adalah untuk mengembangkan olahraga atletik agar seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan dan menikmati serta menyumbangkan pemikiran yang konstuktif untuk pembinaan cabang olahraga tersebut.
Sebelum pembentukan PASI, pada bulan Januari 1946 di kota Solo diselenggarakan kongres yang bertujuan untuk menghidupkan kembali keolahragaan di Indonesia. Hasil kongres tersebut terbentuk Persatuan Olahraga Republik Indonesia, yang kemudian disingkat PORI. Tugas pertama PORI adalah menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON). PON yang pertama diselenggarakan di kota Solo pada tanggal 12 September 1948, yang dibuka langsung oleh Bapak Presiden Republik Indonesia I (Ir. Soekarno) dan juga dihadiri oleh Wakil Presiden beserta para Menteri Kabinetnya.
Cabang olahraga atletik merupakan dasar-dasar setiap cabang olahraga lain. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan yang terdapat dalam nomor-nomor atletik. Berdasarkan asumsi tersebut maka cabang olahraga atletik dapat dipandang sebagai Ibu semua cabang olahraga atau lebih dikenal dengan istilah "Mother of Sport". Sehubungan dengan asumsi yang telah dikemukakan, Jonath dkk (1987 : 1) menjelaskan sebagai berikut : Atletik yang sedang berkembang sekarang merupakan inti dari pesta Olympiade dan merupakan cabang olahraga yang menjadi dasar bagi kebanyakan cabang olahraga lain. Latihan atletik juga merupakan sarana yang baik untuk meningkatkan kemampuan fisik dalam mencapai prestasi yang optimal. Dengan latihan atletik dapat mengembangkan dan meningkatkan sistem jantung-paru, peredaran darah, dan sistem saraf maupun komponen-komponen yang menjadi dasar untuk fisik seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, stamina, daya ledak otot, dan koordinasi. Merujuk pada penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan-latihan cabang olahraga atletik selain mencapai prestasi yang tinggi, juga dapat meningkatkan sistem metabolisme tubuh, sistem pernafasan dan sistem pensarafan.
Atletik merupakan aktivitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu, dan meliputi beberapa nomor lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar. Pada awal mula bentuk atletik yang mulai terorganisir/teratur umumnya diakui telah terjadi sejak zaman Yunani Kuno dan dikenal dalam Olimpiade Purba. Selain membantu memelihara keadaan kesegaran jasmani dan mempertajam prestasi pribadi individu, atletik juga memberikan lahan riset tentang gerak tubuh manusia, yang memiliki keuntungan sebagai sarana yang tepat dalam proses pengukuran khususnya waktu dan jarak (PASI, 1993 :1).
Sebagai olahraga yang mendasari cabang olahraga lainnya, atletik merupakan cabang olahraga yang paling tua yaitu olahraga yang terlahir bersamaan dengan adanya manusia di muka bumi ini. Dalam hal ini Arma (1985 : 39) menjelaskan :Atletik yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar boleh dikatakan sebagai cabang olahraga paling tua, karena umur atletik sama tuanya dengan mulai adanya manusia di permukaan bumi ini. Jalan, lari, lompat dan lempar adalah bentuk-bentuk gerakan yang paling asli dan paling wajar dari manusia, dalam mempertahankan proses kehidupan sehari-hari.
Atletik yang berisikan gerak-gerak dasar (alamiah) tersebut disamping merupakan salah satu cabang olahraga yang mendasari cabang olahraga lainnya dan disebut juga sebagai induk dari semua cabang olahraga (mother of sport), juga unsur gerak atletik tersebut adalah unsur gerak yang sangat penting dan tidak ternilai harganya bagi proses kehidupan manusia pada zaman purba maupun pada zaman modern ini. Unsur gerak tersebut digunakan oleh manusia purba sebagai upaya mempertahankan diri dari lingkungan alam yang kurang bersahabat pada waktu itu. Manusia purba melakukan gerak lari, lompat dan lempar hanya untuk menghindari serangan bahaya binatang buas dan untuk mendapatkan binatang buruan demi kelangsungan hidupnya. Sedangkan pada manusia zaman modern ini gerak-gerak atletik selain dipergunakan untuk proses-proses kelangsungan hidupnya, juga sudah dipergunakan untuk proses pencapaian prestasi olahraga atletik. Prestasi yang diperoleh juga akan mendapatkan suatu prestise bagi dirinya maupun bagi negara naungannya. Disamping itu juga akan diperoleh keuntungan-keuntungan moril maupun material lainnya.
Kepustakaan
Abdullah, A. 1985. Olahraga untuk Pembina, Pelatih, dan Penggemar. PT. Sastra Hudaya : Jakarta
Adisasmita, Y. 1989. Hakekat Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani dalam Masyarakat. Dep. P & K. Dirjen Dikti LP2TK : Jakarta
Askas, R.A. 1971. Pedoman Latihan Atletik. PT. Enka Parahiyangan : Jakarta
Benhard, G. 1986. Atletik, Prinsip Dasar Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit dan Loncat Galah. Cetakan Pertama, Effhar Offset : Semarang
Hamidsyah. 1993. Kepelatihan Dasar. Dep. P & K. : Jakarta
Jarver, J. 1986. Belajar dan Berlatih Atletik untuk Coach, Atlet, Guru Olahraga dan Umum. Pioneer : Bandung
Jonath, U dkk. 1987. Atletik I, Lari, Loncat (Latihan Teknik dan Taktik). Rosda Jaya Putra : Jakarta
Mane, F. Mc. 1986. Dasar-dasar Atletik. Angkasa : Bandung
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. National Institute for Sports, Pan African Press Ltd : Logos
Sudarno. 1991. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi : Jakarta
No comments:
Post a Comment