Laman

Wednesday, January 26, 2011

Efektifitas Lari Cepat 50 Meter Dalam Lompat Jauh

Oleh Abdurrahman
Abstrak : Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat yang terdapat dalam cabang olahraga atletik dan bertujuan untuk mencapai jauhnya lompatan secara horizontal. Untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya diperlukan beberapa faktor utama pendukung jauhnya lompatan, diantaranya awalan lari yang cepat; unsur daya ledak otot tungkai (Take off) pada papan tolakan; sikap badan di udara (gaya melayang); dan sikap badan saat mendarat pada bak lompatan (landing).  
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan salah satu komponen utama yang berpengaruh terhadap jauhnya lompatan nomor lompat jauh, yaitu awalan lari cepat jarak 50 meter. Penelitian ini dapat digolongkan dalam kelompok penelitian desktiptif yang beusaha untuk mengungkapkan hubungan timbal balik antar variabel (correlational). Naracoba penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 8 Darussalam yang berjumlah 55 orang dalam keadaan sehat. Penelitian dilakukan dengan melakukan tes pengukuran komponen lari cepat 50 meter dan kemampuan lompat jauh pada bak lompat. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh Nilai t-hitung sebesar 2,056 dan nilai t-tabel pada taraf a 0,05 sebesar 2,010. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat positif antara lari cepat jarak 50 meter dengan kemampuan lompat jauh.
A. Pendahuluan
Penampilan olahraga yang berhasil terjadi apabila olahragawan yang terampil, berpengetahuan dan sehat jasmani serta berwawasan kejiwaan yang tepat dalam setiap mengikuti pertandingan. Penampilan olahraga banyak ditentukan oleh serangkaian faktor fisiologis, psikologis, dan biomekanis (Pate, dkk, 1984).
Peningkatan prestasi olahraga dewasa ini lebih cenderung berorientasi pada proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga. Hal ini tidak terlepas dari kesiapan dan kesungguhan atlet untuk dapat mencapai prestasi ke arah yang lebih baik serta usaha pelatih dan pembina olahraga dalam merancang suatu program latihan yang tepat dan sistematis. Setiap program latihan yang dirancang dan disusun harus selalu dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Harsono (1988) mengemukakan tentang tujuan dan sasaran latihan, yaitu:
Penampilan olahraga yang berhasil terjadi apabila olahragawan yang terampil, berpengetahuan dan sehat jasmani serta berwawasan kejiwaan yang tepat dalam setiap mengikuti pertandingan. Penampilan olahraga banyak ditentukan oleh serangkaian faktor fisiologis, psikologis, dan biomekanis (Pate, dkk, 1984).
Peningkatan prestasi olahraga dewasa ini lebih cenderung berorientasi pada proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga. Hal ini tidak terlepas dari kesiapan dan kesungguhan atlet untuk dapat mencapai prestasi ke arah yang lebih baik serta usaha pelatih dan pembina olahraga dalam merancang suatu program latihan yang tepat dan sistematis. Setiap program latihan yang dirancang dan disusun harus selalu dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Harsono (1988) mengemukakan tentang tujuan dan sasaran latihan, yaitu :
Tujuan dan sasaran utama dari sistem latihan adalah untuk membantu atlet untuk dapat meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal tersebut, terdapat empat aspek latihan yang harus diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu 1) latihan fisik, 2) latihan teknik, 3) latihan taktik, dan 4) latihan mental atau kejiwaan.
Untuk dapat meningkatkan prestasi pada suatu cabang olahraga, maka faktor fisik merupakan faktor yang sangat memegang peranan penting. Faktor lain merupakan pendukung faktor fisik. Faktor fisik terdiri dari berbagai komponen yang saling dukung mendukung. Komponen fisik juga merupakan kemampuan dasar tubuh, yang meliputi : a) daya tahan jantung-paru, b) kekuatan, c) kecepatan, d) kelincahan, e) power (daya ledak), f) kelentukan, g) keseimbangan, h) ketepatan, dan i) koordinasi (Pasau dalam Sajoto, 1995).
Masing-masing kemampuan dasar tubuh tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda bagi setiap pembinaan olahraga. Namun satu sama lainnya saling kait mengait. Kekuatan adalah modal dasar yang perlu dibina dan ditingkatkan, sehingga perlu diprioritaskan terlebih dahulu. Nossek (1982) mengatakan : "Bila suatu bentuk latihan diberikan kepada atlet, terutama atlet pemula, maka harus diperhatikan kemampuan dasar atlet tersebut, terutama kekuatan ototnya". Kekuatan otot saja belum cukup bagi atlet untuk meningkatkan prestasinya, sehingga unsur-unsur kondisi fisik yang lain juga tidak boleh diabaikan.
Pada cabang olahraga atletik, khususnya nomor lompat jauh unsur komponen fisik yang dominan adalah kecepatan, kekuatan dan daya ledak otot tungkai. Ketiga unsur fisik tersebut harus dilatih dan dikembangkan serta ditingkatkan sedini mungkin dalam setiap program latihan yang dijalankan. Namun harus selalu diyakini bahwa untuk memperoleh prestasi tinggi tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, tetapi harus melalui latihan yang keras serta disiplin dalam setiap latihan yang dijalankan. 
Adisasmita (1986) mengatakan bahwa : "Pelompat jauh itu sama cepatnya dengan seorang sprinter. Pelompat yang tidak mempunyai kecepatan sama sekali maka tidak akan mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya". Unsur dasar dari suatu prestasi lompat jauh adalah kecepatan lari pada saat awalan, merupakan salah satu fakotr yang sangat menentukan kemampuan seseorang untuk melompat sejauh mungkin
B. Metode
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian korelasional (correlational studies). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitin ini berbentuk pengukuran lapangan (Field Research). Bentuk pengukuran lapangan yang digunakan adalah mengukur kecepatan lari melalui tes lari cepat jarak 50 meter. Sedangkan untuk mengukur jauhnya lompatan dalam nomor lompat jauh digunakan tes kemampuan lompat jauh tanpa gaya. Subjek penelitian berjumlah 357 orang siswa dan selanjutnya dari jumlah tersebut penarikan sampel melalui teknik random sampling sebesar 15% dari jumlah populasi, yang berjumlah 55 orang siswa. Sampel yang terpilih selanjutnya diberi tes lari cepat jarak 50 meter dan pengukuran lompat jauh sebanyak 3 kali percobaan. Waktu yang tercepat dijadikan data untuk penilaian kecepatan lari dan jarak yang terjauh dijadikan data untuk variabel lompat jauh
C. Hasil 
Data-data yang telah terkumpul tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi. Penyajian ini  bertujuan  untuk memudahkan rangkaian pengolahan data selanjutnya. Pengukuran kecepatan lari diukur adalah waktu tempuh yang bersatuan detik. Sedangkan kemampuan lompat jauh diukur jarak lompatan yang bersatuan meter. Kedua variabel ini berbeda satuannya. Untuk menyamakan satuan pengukuran maka peneliti melakukan perhitungan data mentah menjadi nilai T-score dari masing-masing tes. Untuk mencari nilai T-score digunakan formula T-score. Nilai rata-rata untuk kedua tes tetap disajikan dalam bentuk data mentah. Sedangkan perhitungan korelasi atau hubungan kedua variabel yang dimaksud menggunakan data T-score. Perhitungan korelasi adalah korelasi Product Moment dari Pearson.  
Berdasarkan hasil pengolahan yang telah dilakukan melalui perhitungan korelasi Product Moment dari Pearson, maka diperoleh hasil korelasi (hubungan) antara lari cepat 50 meter (variabel X) dengan kemampuan lompat jauh (variabel Y) pada sampel penelitian sebesar 0,272.  
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, maka untuk memperoleh kebenaran hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, selanjutnya dilakukan pengujian melalui perbandingan nilai r hitung dengan r tabel. Hasil analisis data diperoleh r hitung sebesar 0,272 sedangkan nilai r tabel yang terletak antara 0,273 dan 0,250, yaitu sebesar 0,261 pada taraf kepercayaan 95%.  
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel atau 0,272 > 0,261. Dengan demikian maka hipotesis yang berbunyi "terdapat hubungan yang signifikan antara lari cepat 50 meter dengan kemampuan lompat jauh" dapat diterima kebenarannya.  
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran penerimaan hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat menggunakan teknik uji koefisien korelasi yaitu dengan uji distribusi-t (Yani, 1988). Pengujian distribusi-t dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk membuktikan kedudukan suatu hipotesis. Hal ini disebabkan karena bila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima atau terbukti kebenarannya.
Hasil pengolahan dan analisis distribusi-t menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,056. Melalui penggunaan derajat kebebasan = N - 2 = 55 - 2 = 53, dan pada taraf nyata alpha 0,05 dari daftar distribusi-t atau t-tabel diperoleh sebesar 2,0105. Nilai ini merupakan nilai antara dk 40 sebesar 2,021 dan dk 60 sebesar 2,000 
D. Daftar Pustaka
Abdullah, A. 1985. Olahraga untuk Pembina, Pelatih, dan Penggemar. PT. Sastra Hudaya : Jakarta
Adisasmita, Y. 1986. Hakekat Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani dalam Masyarakat. Dep. P & K. Dirjen Dikti LP2TK : Jakarta
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Edisi Revisi, PT. Bima Aksara : Jakarta
Askas, R.A. 1971. Pedoman Latihan Atletik.  PT.  Enka Parahiyangan : Jakarta
Benhard, G. 1986. Atletik, Prinsip Dasar Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit dan Loncat Galah. Cetakan Pertama, Effhar Offset : Semarang
Hamidsyah. 1993. Kepelatihan Dasar. Dep. P & K. : Jakarta
Hadi, S. 1990. Metode Research. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada ; Yogyakarta
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. CV. Tambak Kusuma : Jakarta
Jarver, J. 1986. Belajar dan Berlatih Atletik untuk Coach, Atlet, Guru Olahraga dan Umum. Pioneer : Bandung
Jonath, U dkk. 1987. Atletik I, Lari, Loncat (Latihan Teknik dan Taktik). Rosda Jaya Putra : Jakarta
Mane, F. Mc. 1986. Dasar-dasar Atletik. Angkasa : Bandung
Nossek, J. 1982. General Theory of Training. National Institute for Sports, Pan African Press Ltd : Logos
PASI. 1993. Pedoman Dasar Melatih Atletik. Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik PASI : Jakarta
Pate,  R.R.; McClenaghan, B. & Rotella, R. 1993. Scientific Foundations of Coa­ching. Terjemahan Kasiyo Dwijowinoto, IKIP Semarang Press, Semarang
Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Edisi Revisi. Dahara  Prize  : Semarang
Surachmad, W. 1988. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito : Bandung
Suryabrata, S. 1989. Metodologi Penelitian. Tarsito  : Bandung
  

No comments:

Post a Comment